Barang Promosi: Senjata Ampuh Organisasi Non-Profit

21 May 2019. By Redpod Gifts

Bagi Anda yang menjalankan atau menjadi bagian dari organisasi non-profit atau non-laba, sudahkah Anda menggunakan barang promosi alias promotional products sebagai bagian dari kampanye atau sosialisasi program maupun isu yang Anda galakkan? Meskipun barang promosi memang paling banyak digunakan oleh perusahaan berorientasi laba sebagai salah satu strategi pemasaran mereka, bukan berarti organisasi Anda tidak bisa merasakan manfaat yang sama.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Promotional Products Association International (PPAI), sektor pendidikan dan non-laba rupanya adalah dua dari tiga pembeli produk promosi teratas. Hal tersebut dikarenakan barang promosi yang berwujud, dapat bertahan lama, dan efektif secara biaya dapat membangun kesadaran lewat edukasi dan advokasi, melahirkan relawan baru, dan membantu organisasi memperoleh dana. Dengan begitu, manfaatnya secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang pun termasuk terciptanya komunitas yang sadar akan pentingnya isu yang diangkat, tersedianya dana untuk penelitian atau proyek penting, dan akhirnya membantu menyelamatkan nyawa sesama manusia atau makhluk hidup lainnya.

Berbicara soal awareness atau kesadaran, salah satu penelitian yang dilakukan Advertising Specialty Institute (ASI) menunjukkan bahwa 80 persen penerima barang promosi mengingat nama perusahaan atau organisasi yang memberikan barang tersebut, dan para pelanggan lebih menyukai barang promosi dibandingkan bentuk iklan lainnya, termasuk iklan internet dan TV. Di samping itu, diketahui pula bahwa 52 persen penerima barang promosi memiliki opini yang lebih positif terhadap organisasi atau perusahaan yang menyediakan barang tersebut setelah menerimanya.

Memang benar bahwa perkembangan teknologi saat ini membuat periklanan digital tak lagi hal yang asing, dan jumlahnya bertambah dari waktu ke waktu. Akan tetapi, rupanya hal tersebut memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Dengan peningkatan jumlah iklan digital yang pesat, produk pemasaran analog (dalam bentuk fisik) justru punya dampak yang semakin mengena di tengah masyarakat. Jika para pengguna justru semakin aktif menghindari iklan online setiap hari, misalnya dengan memasang ad-blocker pada browser, mereka justru tidak berkeberatan untuk menyimpan sebuah pulpen di tas mereka, atau meletakkan sebuah mug atau jam di atas meja. Atau, jika pengguna bisa dengan mudah mengganti saluran TV ketika iklan atau memencet tombol skip ketika iklan muncul saat mereka sedang menonton video online, seseorang yang mengenakan kaos dengan desain tertentu di tempat umum justru cenderung sulit untuk diabaikan.

Barang promosi pun relatif fleksibel dan dapat digunakan untuk tujuan lainnya. Misalnya dalam program penggalangan dana, Anda bisa kirimkan kaos kepada para donatur sebagai hadiah, yang bisa menjadi sebuah “tanda” untuk menunjukkan bahwa seseorang itu adalah salah satu dari mereka yang telah berdonasi untuk masyarakat dan dunia yang lebih baik.

Bukan hanya barang promosi, masyarakat pun sudah semakin tergerak untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan produk yang ditawarkan sambil mengusung isu atau masalah penting. Misalnya, Amnesty International memiliki toko online yang menawarkan produk pakaian dan aksesoris dari berbagai merek ternama, dan laba yang dihasilkan dari penjualan sepenuhnya akan disalurkan untuk mendanai program mereka. Hal ini membuat konsumen merasakan nilai plus, yaitu rasa bangga dan bahagia karena berkontribusi untuk kebaikan.

Pendekatan seperti ini umumnya efektif ketika dijalankan di bidang pendidikan dan seni, karena kedua bidang tersebut seringkali sepenuhnya bergantung pada penjualan barang untuk memenuhi kebutuhan pendanaan mereka. Hal ini dilakukan oleh berbagai universitas ternama di dunia maupun museum besar, termasuk Smithsonian Institution.

Menurut Carol LeBlanc dari Smithsonian Institution, barang promosi memberikan mereka kesempatan untuk berkomunikasi dengan masyarakat, terkadang bahkan dalam tingkatan yang lebih mendalam. Sebab, merchandise yang menjadi media promosi organisasi non-profit menjadi seperti perpanjangan tangan antara organisasi dengan masyarakat melalui cara yang tidak bisa dicapai dengan langkah lain.


Kembali ke halaman info & artikel